Mencetak Jutawan Melalui Pohon Jati

Posted by Diposting oleh QUANTUM INFESTA On 17.33


Dua puluh tahun lagi, banyak jutawan baru muncul di Gunung Kidul,” kata Samsudin dari Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, awal pekan ini. Pernyataan Samsudin itu tak berlebihan.

Kini, para petani di Gunung Kidul ramai-ramai menanam pohon jati. Hasilnya, 15-20 tahun lagi mereka akan panen, dan harga kayu jati yang dihasilkan bisa mencapai jutaan rupiah per meter kubiknya.
Petani di Gunung Kidul kini lagi “demam” menanam pohon jati. Terlebih setelah pemerintah memulai gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) yang dicanangkan Presiden Megawati Soekarnoputri, beberapa waktu lalu, di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain untuk mengembalikan fungsi hutan dan perbaikan lingkungan, Gerhan juga bertujuan membantu perekonomian rakyat kecil. Caranya, dengan menanam pohon berbagai jenis yang diberi gratis oleh pemerintah.
Kegiatan Gerhan direncanakan selama 5 tahun dengan sasaran 3 juta hektare lahan. Perinciannya, tahun 2003, kegiatan Gerhan mencakup 300.000 hektare, tahun 2004 seluas 500.000 hektare, tahun 2005 sebanyak 600.000 hektare, tahun 2006 seluas 700.000 hektare, dan 900.000 pada 2007.

Lahan yang digunakan untuk kegiatan tersebut berada di luar kawasan (milik masyarakat), dan di dalam kawasan (milik negara). Pohon yang ditanam pun berbagai jenis, antara lain pohon jati, mahoni, melinjo, dan rambutan.
Pemilihan pohon yang ditanam tergantung dari kondisi lahan dan keinginan masyarakat. Di Gunung Kidul dan Bantul, misalnya, sebagian besar masyarakat memilih menanam pohon jati. Hal ini wajar saja sebab mereka akan memperoleh hasil yang relatif besar jika pohon jati tersebut telah berumur 15-20 tahun.
“Menanam pohon jati sama dengan menabung. Sekarang saja satu meter kubik kayu jati paling tidak Rp 2 juta. Paling satu meter kubik dua pohon,” kata Radiyo, seorang petani di daerah Paliyan, Gunung Kidul, yang juga Ketua Kelompok Tani Ngudi Lestari I, saat ditemui di ladangnya, awal pekan ini.

Radiyo adalah salah satu petani yang terlibat kegiatan Gerhan di Gunung Kidul. Di daerah ini, pada tahun 2003, Gerhan dibagi dua, yakni kegiatan di dalam kawasan yang mencakup lahan seluas 250 hektar dan di luar kawasan 2.450 hektar. Dalam kegiatan Gerhan ini para petani yang tergabung dalam kelompok tani diberikan bantuan bibit pohon jati dengan berbagai sarana pendukung pertanian.

Untuk kegiatan Gerhan di dalam kawasan, setiap petani mendapat lahan garapan rata-rata seperempat hektare. Para petani tersebut berkewajiban menanam dan merawat pohon jati. Memang, petani tidak berhak memanen pohon jati tersebut. Namun, petani diberi kebebasan menanam berbagai tanaman palawija di lahan milik negara tersebut.

Selain itu, mereka juga diberi pelatihan dalam menanam dan merawat pohon jati, serta diberi pendampingan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang memberikan bimbingan dalam hal kelembagaan dan administrasi kelompok usaha tani.
Radiyo dan anggota kelompok tani Ngudi Lestari I di Paliyan, Gunung Kidul, telah menuai hasil dari kegiatan Gerhan ini. Di sela-sela tanaman jati yang dikelolanya di lahan milik negara, Radiyo dan petani lainnya menanam palawija seperti jagung, kacang, dan ketela pohon.
“Lumayan, saya dapat enam kuintal (100 kilogram per kuintal-red) jagung, belum lagi nanti hasil panenan ketela pohon. Lumayan untuk menambah pendapatan,” kata Radiyo yang bersama kelompok tani Ngudi Lestari I mengelola lahan seluas 30 hektare milik negara di petak 137, Paliyan, Gunung Kidul.
Apa yang dikatakan Radiyo juga diamini Adi Suko (60 tahun), ketua kelompok tani Panca Karya yang mengelola lahan seluas 45 hektare di petak 138, Paliyan, Gunung Kidul, tempat dimana Presiden Megawati mencanangkan Gerhan. Menurut Adi Suko, kehidupan mereka kini lebih baik dengan adanya kegiatan Gerhan. Selain mengelola lahan milik negara, mereka juga memiliki lahan sendiri yang juga ditanami pohon jati.

Bantuan Bibit
Kepada para petani, pemerintah membantu bibit pohon jati untuk ditanam di lahan mereka (di luar kawasan). Rata-rata setiap petani mendapat bibit 500 pohon.

Bisa dibayangkan berapa hasil yang akan didapat jika pohon jati tersebut dipanen 15-20 tahun mendatang. Setiap pohon minimal bisa menghasilkan kayu jati rata-rata setengah meter kubik, dan harganya per meter kubik saat ini mencapai Rp 2 juta. Tak heran bila di Gunung Kidul nantinya akan muncul jutawan-jutawan baru lewat pohon jati.
Sebelum panen, para petani juga masih bisa memperoleh hasil panenan palawija yang bisa menghidupi mereka sebelum pohon jati dapat dipanen. “Persoalan yang masih kami hadapi adalah kebutuhan air di saat musim kemarau. Kami berharap dapat bantuan air pada musim kemarau agar tanaman jati tidak mati,” ungkap Adi Suko.
Persoalan air di Gunung Kidul di musim kemarau memang bukan hal baru. Namun, menurut Murbani dari kantor dinas kehutanan Kabupaten Gunung Kidul, pohon jati yang ditanam untuk kegiatan Gerhan ini adalah jenis lokal. Pohon jati lokal lebih bisa tahan air dibanding pohon jati jenis emas (super). Kualitas kayu jati lokal juga lebih bagus dibanding jenis emas yang dikembangkan lewat kultur jaringan.
Soal bantuan air, menurut Samsudin dari dinas kehutanan Kabupaten Gunung Kidul, akan diberikan kepada para petani yang mengelola lahan di dalam kawasan. Namun, bantuan air baru dapt diberikan pada lahan yang lokasinya dekat dengan jalan.

Petani, lanjut Samsudin, sebenarnya punya cara agar tanamannya tidak mati kekeringan. Misalnya, dengan menutup sekitar pohon jati dengan batu, yang bertujuan memperkecil penguapan air. “Cara-cara tradisional masih diterapkan dalam mengatasi kekeringan, dan hasilnya cukup membantu karena pohon tetap hidup,” kata Samsudin.

Usaha Sampingan

Kegiatan Gerhan di Yogyakarta, selain di Gunung Kidul juga dilaksanakan di Kabupaten Bantul. Sepertihalnya di Gunung Kidul, para petani di Bantul juga antusias melaksanakan kegiatan Gerhan ini. Bahkan, mereka berharap pada Gerhan tahun 2004 ini dapat ditingkatkan, khususnya dalam pemberian bibit. Masyarakat sendiri siap menyediakan lahan yang akan digunakan untuk mendukung terciptanya hutan rakyat.
Menurut Hardi Junarto, ketua kelompok tani hutan rakyat Hargo Sari, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, anggota kelompok tani yang dipimpinnya sangat antusias mendukung kegiatan Gerhan ini.

“Kami tahu, hasil yang akan diperoleh nantinya sangat besar dan akan mengubah kehidupan kami di masa depan,” kata Hardo. Selain mendapat bantuan bibit pohon jati, kelompok tani yang dipimpin Hardo juga mendapat bantuan bibit pohon melinjo dan rambutan.
Kegiatan Gerhan di Bantul pada tahun 2003 sebagian besar mencakup lahan di luar kawasan seluas 2.450 hektare dengan bantuan bibit sebanyak 1.347.500 batang pohon yang terdiri dari pohon jati, melinjo, dan rambutan. Menurut Kasubdin Kehutanan Kabupaten Bantul, Parjono, pemberian bibit selain pohon jati, seperti melinjo, dimaksudkan agar para petani juga dapat membuka usaha sampingan dengan membuat emping melinjo. Pohon jati merupakan tabungan di masa depan.
Kegiatan usaha sampingan ini juga diharapkan dapat dikembangkan oleh para petani di Gunung Kidul. Menurut Murbani dari dinas kehutanan Kabupaten Gunung Kidul, para petani di gunung kidul dapat mengembangkan usaha kecil dengan memanfaatkan hasil tanaman palawijanya. Misalnya, dengan mengembangkan keripik Patelo dari ketela pohon. “Selama ini, patelo banyak diminati dan pasarnya juga ada,” jelas Murbani.
Gerhan memang tidak hanya bertujuan untuk pelestarian lingkungan dan menciptakan kondisi hutan dan lahan yang dapat menjadi sistem penyangga kehidupan, tapi juga memiliki manfaat ekonomi. Paling tidak, dari kegiatan Gerhan ini akan tercipta lapangan kerja sekitar 50.000 orang per tahun. Selain itu, dari 300.000 hektare yang menjadi target kegiatan Gerhan tahun 2003 akan dihasilkan sedikitnya kayu sebanyak 110-125 meter kubik per hektar yang nilainya sekitar Rp 13,6 triliun. Jumlah ini belum termasuk hasil yang didapat petani dari tanaman yang ditanam di sela-sela pohon.
Dari kegiatan Gerhan ini juga akan menumbuhkan usaha-usaha baru yang berkaitan dengan kehutanan dan wanatani. Misalnya, usaha industri kayu, kerajinan, jasa, dan perdagangan. Tak heran bila Pemda pun mendukung kegiatan ini.

“Kita mendukung kegiatan Gerhan karena hasilnya memang nyata, yaitu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, yang tentunya akan berdampak langsung pada pendapatan daerah,” kata Bupati Bantul, Idham Samawi.
(SH/m.nuryadi)
    
Copyright © Sinar Harapan 2003


BY TI2

1 Comment

  1. Melly Said,

    Menguntungkan sekali budidaya pohon jati ini.

    Posted on 23 November 2011 pukul 11.42