Berlomba Menghabisi Hutan Tropis

Posted by Diposting oleh QUANTUM INFESTA On 16.35

KERUSAKAN hutan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini Indonesia sedang mengalami kehilangan hutan tropis yang tercepat di dunia. Laju defo-restasi yang sedang terjadi sekarang ini tidak kurang dari 2 juta hektar per tahun, atau dua kali lebih cepat dibandingkan dengan laju defo-restasi pada tahun 1980-an. Sebagai akibatnya, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini, tutupan hutan di Indonesia berkurang dari 162 juta hektar menjadi 98 juta hektar. Setengah dari luas tutupan hutan pada saat ini sudah menga-lami degradasi, dan telah ter-fragmentasi oleh jaringan jalan, jalur akses lainnya, serta oleh berbagai bentuk kegiatan pemba-ngunan, misalnya perkebunan dan hutan tanaman industri. Demikian bunyi siaran pers Forest Watch Indonesia (FWI) yang diterima Warta akhir Pebruari lalu.
Lebih lanjut disebutkan bahwa hutan-hutan tropis dataran rendah Indonesia yang memiliki perse-diaan kayu dan keanekaragaman hayati yang sangat kaya mengalami resiko kehilangan yang paling tinggi. Pada saat ini hutan tropis dataran rendah hampir seluruhnya lenyap di Sulawesi, dan jika ke-cendrungan seperti saat ini terus berlangsung diprediksikan akan lenyap di Sumatera pada tahun 2005 dan di Kalimantan pada tahun 2010.
Banyak sekali ancaman terhadap hutan Indonesia, mulai dari kegiatan ekstraksi kayu skala besar melalui operasi logging HPH, sampai pembukaan hutan skala kecil oleh para keluarga petani; dari tebang habis untuk membuka lahan bagi pembangunan perkebunan, hutan tanaman industri dan areal transmigrasi, sampai kehancuran akibat kebakaran hutan yang terus berulang. Kegiatan pencurian kayu dalam skala volume yang sangat besar, khususnya sejak era “refor-masi” dimulai semakin menambah cepat laju deforestasi di Indonesia.
Menurut Togu Manurung, Direktur Forest Watch Indonesia, “deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepen-tingan politik dan keuntungan pribadi.”
Lebih lanjut Togu Manurung mengatakan bahwa saat ini Indonesia menjadi pusat perhatian dunia, karena kalangan di dalam negeri dan masyarakat internasional begitu gusar menyaksikan peng-rusakan sumber daya alam yang semena-mena di negeri ini. Keajaiban ekonomi Indonesia pada tahun 1980-an dan 1990-an ternyata sebagian terwujud dengan merusak dan menghancurkan lingkungan dan sarat dengan pelanggaran hak dan tradisi masyarakat adat/lokal.
Indonesia sedang berada dalam masa transisi, dari negara yang semula sangat kaya akan hutan menjadi negara yang miskin hutan. Dengan kehilangan hutan ini Indonesia kehilangan kekayaan keane-karagaman hayati, pasokan kayu, pendapatan, dan berbagai jasa lingkungan. Sementara itu, berba-gai bencana alam, termasuk bencana banjir seperti yang sedang terjadi pada saat ini, menjadi semakin sering terjadi di berbagai tempat, mengakibatkan kematian mahluk hidup dan kerugian eko-nomi yang sangat besar.
Dalam 50 tahun terakhir ini, papar FWI, sudah 64 juta hektar hutan yang ditebang dan hilang. Tidak ada alasan secara ekonomi dan etika yang dapat membenarkan pengrusakan lebih lanjut terhadap sumber daya hutan yang masih tersisa. Oleh karena itu, dalam ta-hun-tahun mendatang, jalur perjalanan yang sulit tetapi yang pada akhirnya lebih berkelanjutan perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia, diantaranya dengan cara merehabilitasi hutan dan memanfaatkan lahan yang saat ini terlantar dan menganggur, serta melestarikan hutan-hutan primer yang masih tersisa. (aum)



BY TI2